Caption: Topeng–topeng yang dibuat terbagi dalam beberapa kelompok. Seperti kelompok Sugriwa, Rama, Laksamana, Wibisana, Punakawan, Rahwana, Kumbakarna, hingga kelompok raksasa. Saat ini seluruh topeng yang diperkirakan berusia 3,5 abad tersebut masih dijaga kesakralannya dan di-stana-kan di Pura Maksan Tejakula.
Topeng-topeng Wayang Wong hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu saja oleh anggota Sekaa Wayang Wong Tejakula. Sekaa yang beranggotakan 300 orang tersebut, menggelar pementasan Wayang Wong ketika diselenggarakan piodalan di pura-pura yang ada di Desa Adat Tejakula.
Awalnya, Kesenian sakral ini tak bisa dipentaskan sembarangan. Misalnya hanya bisa dipentaskan saat piodalan ageng di Pura Kahyangan Tiga, ngenteg linggih, serta piodalan di Pura Danka. Sebelum dimainkan, topeng-topeng juga harus melalui proses upacara bakti pamungkah yang dilangsungkan di Pura Maksan.
Kesenian Wayang Wong juga wajib dimainkan bersambung, tidak bisa dimainkan terpenggal atau dimulai pada bagian-bagian tertentu. Misalnya piodalan di Pura Desa Tejakula memainkan bagian pertama epos Ramayana, pada pementasan selanjutnya, harus memainkan bagian kedua. Begitu seterusnya. Jika sudah tamat, cerita dimulai lagi dari bagian pertama.
Seiring semakin berkembangnya zaman, kesenian Wayang Wong terus berkembang. Kesenian ini juga mulai disukai wisatawan mancanegara, namun karena sakral dan tak bisa dimainkan sembarangan membuat kesenian tua ini begitu sulit untuk dijumpai. Baru sekitar era 1980-an, salah seorang seniman Wayang Wong di desa setempat bernama Nyoman Tusan mencetuskan ide untuk membuat topeng duplikat. Tujuannya agar kesenian Wayang Wong bisa dimainkan di sembarang tempat, dan bisa dinikmati wisatawan serta masyarakat luas.
Topeng-topeng duplikat ini kemudian dimainkan oleh Sekaa wayang wong guna murti, yang beranggotakan 40 orang. Anggota Sekaa ini yang membawa kesenian Wayang Wong lebih luas lagi, bukan hanya di Bali namun juga keluar Bali, bahkan hingga ke luar negeri. Baru-baru ini Wayang Wong diakui sebagai Warisan Budaya Dunia tak benda, oleh UNESCO badan khusus PBB yang membidangi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan.
Hingga saat ini kesenian Wayang Wong terus lestari, dengan cara yang mistis. Selalu muncul generasi penerus Wayang Wong yang akan tetap menari. Bagi mereka menarikan wayang bukan hanya berbakti dan berkarya pada masyarakat dan adat, tapi juga sembah bakti mereka pada sang pencipta. (std/std)