Caption: Seorang pengasuh satwa terlihat menyiapkan pakan berupa buah-buahan yang dimasukan kedalam nampan yang sudah memiliki nama. Nama-nama tersebut merupakan panggilan bagi sejumlah Owa Jawa (Hylobates moloch) yang berada di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa yang di bangun dan dikelola oleh Yayasan Aspinal di Kawasan Patuha, Ciwidey, Kab. Bandung.
Owa Jawa merupakan salahsatu primata endemik Jawa yang penyebaranya hanya ada di Jawa Barat dan sebagian kecil di Jawa Tengah. Mereka merupakan satwa aboreal atau satwa yang tergantung terhadap keberadaan pepohonan.
Menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) primata yang hidup monogami ini berada di level hampir punah atau berpotensi punah dengan peluang sebesar 50% dalam kurun waktu satu dekade mendatang.
Ancaman kepunahan ini datang akibat hilangnya habitat , dari pembukaan hutan atau diforestasi untuk berbagai keperluan. Di samping itu, anak-anak owa kerap ditangkapi (jika perlu dengan membunuh induknya lebih dulu) untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai hewan timangan bergengsi.
Owa yang berada di tempat rehabilitasi ini merupakan hasil dari sitaan atau mereka yang memelihara lalu menyerahkannya.
Dengan waktu yang tidak sebentar mereka Owa Jawa yang sudah ter kontaminasi oleh tangan manusia atau cacat akibat ulah tangan jahil manusia di rawat dan di latih sedemikian rupa agar bisa hidup kembali di alamnya. Bila mungkin mereka di kembang biakkan untuk dilepas liarkan.
Pengembangbiakan dengan cara memasangkan Owa Betina dan Jantan dalam satu kandang di tempat rehabilitasi tersebut secara langsung dapat menjadi salah satu cara untuk menambah populasi jenis primata yang sudah hampir punah tersebut.
Seperti Regina(15) Owa Jawa betina yang lahir di sebuah kebun binatang di Inggris yang tiba 2012 lalu di Bandung ini melahirkan di Aspinal pada 17 April 2014 lalu, setelah sebelumnya dipasangkan dengan pejantan Aom, (11). Namun sayang anak pertamanya pun mati, menurut Asinal diperkirakan Regina induknya belum berpengalaman untuk mengurus anaknya tersebut. Bekas cakaran ditemukan di tubuh anaknya, diperkirakan induknya stres dan itu diangga wajar karena Regina di besarkan di kebun binatang dan belum pernah berengalaman mengurus bayi.
Berbeda dengan pasangan owa Cheri dan Ukong. Cheri merpuakan Owa Jawa Jantan berumur 7 tahun saat disita dari seorang pemelihara di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung. Menurut Aspinal Chery setiap harinya diberi makanan seadanya dan bukan makanan alimiahnya seerti nasi, escendol, dan pisang. Kondisinya saat itu sudah buta salahsatu matanya, dan jari-jari tangan kanannya cacat permanen.
Sedangkan Ukong Owa Jawa betina yang disita dierkirakan berumur 10 tahun mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Dengan kandang beukuran sekitar satu meter dan diletakan di halaman dean rumah pemeliharanya.
Dua Owa tersebut akhirnya di bawa oleh etugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), yang selanjutnya di bawa ke pusat Rehabilitasi Primata Jawa (PRPJ) Aspinal yang berada di kawasan Patuha, Kabupaten Bandung.
Proses penjodohan Owa Jawa sangat menantang dan tidak mudah karena mereka dikenal sebagai satwa yang monogami(sangat loyal, setia, dan memilih pasangan sesuai kecocokannya). Namun tim PRPJ tidak mengalami banyak kesulitan pada saat penjodohan.
Setelah di jodohkan mereka terlihat saling menerima dan si betina akhirnya berhasil melahirkan anakertamanya dengan baik dan sehat. anak dari pasangan ini kemudian di berinama Uchi singkatan dari keduanama orang induknya.
Pada bulan Mei 2014 keluarga Owa Jawa tersebut di lepasliarkan mereka kembali kehabitat alaminya untuk menempuh kehidupanya kembali ke alam liar yang bebas. Keluarga tersebut telah mengalami rehabilitasi selama tiga tahun, dan di lepasliarkan di Gunung Tilu, Tenjolaya, Kabupaten Bandung, sebagai mahluk yang seharusnya hidup dialam liar.