Caption: Pui Priaq namanya, tinggalnya di Desa Pampang. Dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata, beliau bercerita tentang Telingaan Aruu atau tradisi memanjangkan telinga orang Dayak.
Dulunya telinga panjang orang Dayak dimaksudkan untuk menandakan perbedaan antara manusia dan kera di hutan. Selain itu tradisi ini untuk menunjukkan status kebangsawanan orang Dayak, menandakan umur pemilik telinga panjang dan melatih kesabaran untuk menahan derita saat proses pemanjangan telinga.
Pui Priaq sejak bayi sudah digantungkan beban berupa ring di telinganya. Bertambah umur, bertambah berat pula beban yang digantungkan. Hingga saat ini panjangnya sudah melebihi bahu. Katanya untuk perempuan memang boleh memanjangkan hingga bahu, tetapi untuk laki-laki hanya sampai di atas bahu.
Sejalan dengan modernisasi, tradisi Telingaan Aruu mulai ditinggalkan. Pemuda pemudi Suku Dayak malu katanya jika harus memiliki telinga yang panjang. Di desa inipun jumlah penduduk yang memiliki telinga panjang tak usah dihitung dengan kalkulator, cukup dengan jari.