Picture
Caption: LakuLampah Jejak Thomas Karsten #1
Picture
Caption: Yang Paling terkenal dari karya Karsten di Solo adalah kawasan Pasar Gede
Caption: Herman Thomas Karsten. Dia merupakan arsitek terkenal era kolonial yang namanya bisa disejajarkan dengan Wolf Schoemaker dan Henry Maclaine Pont yang karyanya berdiri kokoh di Bandung. Karsten terlahir dari keluarga cerdik pandai. Kepandaiannya merupakan turunan dari sang ayah, yang merupakan seorang professor ilmu filsafat dan wakil ketua chancellor di Universitas Amsterdam (PJM Nas : 1986).
Karsten menginjakkan kaki pertama di Hindia Belanda berkat undangan dari rekannya sewaktu kuliah yakni Henri Maclaine Pont pada 1914 yang memiliki biro arsitek di Semarang. Kota Lumpia dianggap Karsten menjadi tempat yang tepat untuk mengembangkan buah pikirnya soal arsitektur baik perumahan maupun perencanaan kota.
Semarang menjadi tempat pertama Karsten mengenal budaya Jawa, yang nantinya mempengaruhi dalam sentuhan arsitekturnya.
Bukti cinta Karsten pada budaya Jawa juga tercurahkan ikut menjadi bagian dari Java Institut, yang sebelumnya Karsten berperan aktif dalam kesenian Jawa Sobokarti di Semarang.
Kepiawaian dalam perencanaan bangunan dan kecintaannya pada budaya Jawa, membikin Karsten dekat dengan pembesar Praja Mangkunegaran yaitu Mangkunegara VII. Dari situlah Karsten mulai berkontribusi dalam hal arsitektur di Kota Bengawan.
Picture
Caption: Kedekatan Mangkunegara VII dengan Karsten, bukan hanya dilatarbelakangi karena sama-sama berpikiran progesif dan pecinta budaya Jawa. Tapi keduanya juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan mengawasi kesehatan rakyat melalui pengelolaan air bersih. Tujuannya adalah mengurangi wabah penyakit menular pada waktu itu.
Hasil pemikiran kemudian diwujudkan pada tahun 1938, dengan membangun Badplaats Ngebrusan, yang terletak di belakang Kantor RRI Surakarta. Sekali lagi, kepercayaan pembangunan diberikan kepada Karsten untuk menggarap pemandian tersebut. Kesempatan yang diterima Karsten dilakukan dengan sebaik-baiknya, bangunan berdiri kokoh bergaya tradisional namun dengan ide cemerlang tentang kebersihan dan privasi. Pemandian Ngebrusan kemudian diresmikan tepat awal tahun 1939.
Sebelum menggarap proyek Ngebrusan, Karsten merupakan penasehat perencana pembangunan Masjid Al-Wustha pada tahun 1934. Masjid yang terletak di sebelah barat Mangkunegaran dibuatnya artistik, dengan mengkolaborasikan budaya Jawa, Timur Tengah dan Eropa. Adanya menara serta kaligrafi yang ada di setiap sisi masjid diadopsi Karsten dari budaya Timur Tengah, sedangkan pengaruh Eropa terlihat pada sela-sela atap.
Picture
Caption: Salah satu rumah yg masih asli di kawasan Villa Park Banjarsari
Caption: Stasiun Balapan dan Villapark Banjarsari, keduanya juga buah karya Karsten di Solo. Kontribusi Karsten pada pembangunan Stasiun Balapan tahun 1927 sebenarnya tak banyak, hanya menggagas pembangunan lobi dan rongga sirkulasi udara di stasiun. Tak jauh dari stasiun, ke arah selatan, pemukiman toewan kulit putih villapark juga masih ada hubungannya dengan Karsten.
Konsep rumah, taman dan jalan, serta topografi diterapkan Karsten pada villapark karena disesuaikan dengan kemiringan dan keadaan yang ada. Konsep ini diambil dari idola Karsten seorang perencana kota bernama Howard yang merujuk pada Garden City.
Daerah Lapangan Manahan tak luput dari sentuhan sang arsitek. Kompleks Manahan yang semula dipergunakan keluarga Mangkunegaran konon dulunya sebagai area balap kuda yang sebelumnya di Balapan, kemudian diminta oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk pembangunan stasiun. Rancangan berbentuk oval dan dikelilingi jalan beserta pohon cemara diperkirakan juga hasil karya Karsten
Picture
Caption: Kawasan Villa Park Tempo Dulu
Picture
Caption: Villa Park era sebelum kemerdekaan Kawasan Villa Park Tempo Dulu
Picture
Caption: villa park dengan pohon cemaranya
Picture
Caption: salah satu objek yang kami kunjungi saat berkegiatan rumah yg sampai sekarang masih di miliki anak turun dari MN VII
Picture
Picture
Caption: Rumah yang masih asli di kawasan Villa Park
Picture
Caption: Pakubuwono & Karsten Jasa Thomas Karsten tidak hanya diminati oleh Mangkunegara VII, Paku Buwana X juga mempercayainya untuk beberapa bangunan di Kota Solo. Karya Karsten yang paling termasyur adalah Pasar Gede.
Wujud campur tangan Karsten pada perombakan Pasar Gede tahun 1928, diperlebarnya jalan dari Warung Pelem hingga jembatan residen. Tidak hanya itu, penataan pedagang diatur sedemikian rupa.
Pada lantai dasar, toko-toko diberikan tempat diluar sementara bagi para pedagang diberikan ruang di dalam serta lantai dua sesuai kebutuhan.
Picture